Minggu, 02 November 2014

Fakta dan Fiksi Dalam Seri Assassin's Creed

Seri game Assassin's Creed selalu dipuji dengan kreativitasnya untuk mengangkat sejarah dan menampilkan tokoh-tokoh sejarah terkenal di dalamnya. Hal ini menjadi salah satu daya tarik utama dari game yang dibuat oleh Ubisoft ini. Bukan hanya bermain game, tetapi melalui Assassin's Creed, gamers pun dapat mempelajari sejarah manusia. Mulai dari zaman perebutan kekuasaan di Tanah Suci di Timur Tengah, Italia pada zaman Renaissance, masa Revolusi Amerika hingga yang paling baru zaman keemasan bajak laut di Karibia.

Namun tidak semua latar belakang sejarah Assassin's Creed adalah berdasarkan fakta sejarah. Tentunya, beberapa hal didalamnya telah dirubah sedemikian rupa sehingga dapat menjadi latar belakang yang menarik bagi game tersebut. Bahkan terdapat beberapa hal yang sama sekali berbeda dengan fakta sejarah yang ada.


Dalam Assassin's Creed pertama, GoodLikers akan bermain sebagai Altair Ibn La-Ahad, seorang assassin yang tinggal di kota Masyaf, Damaskus pada abad ke-XII. Dalam game tersebut, diceritakan bahwa Altair merupakan seorang assassin yang mencoba untuk melawan para Templar yang korup.


Faktanya, sebuah serikat khusus assassin memang pernah ada di kota Masyaf. Serikat ini dibentuk oleh Hassan-i Sabbah, seorang misionaris dan filsuf asal Persia. Bahkan asal kata "assassin" pun diambil dari kata "hashshashin" dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai "pengikut Hassan", walaupun tidak sedikit yang mengatakan bahwa kata tersebut juga dapat diartikan sebagai "penghisap hashish", yang mana hashish, sebuah zat adiktif yang ditemui pada zaman itu di Timur Tengah, diduga seringkali digunakan oleh para assassins dalam menjalankan tugas mereka.



Hassan-i Sabbah, pendiri serikat assassin di Masyaf

Tugas para assassins ini pada awalnya adalah untuk membunuh para lawan politik Hassan dalam rangka menguasai Tanah Suci. Tidak sebatas lawan politik dari Persia saja, namun juga yang berkebangsaan Abbasid, Seljuq dan juga para petinggi "Kerajaan Jerusalem" yang dibentuk oleh umat Kristiani pada zaman itu. Namun seiring dengan perkembangan zaman, para assassins digunakan sebagai pembunuh bayaran yang disewa oleh para elit politik yang berasal dari mana pun untuk mengeliminasi lawan politik mereka dari faksi lain atau bahkan di dalam faksinya sendiri.


Faktanya, para assassins jarang sekali terlibat dalam pertarungan dengan para Templar

Lalu bagaimana dengan pihak Templar, musuh para assassins di Assassin's Creed? Memang benar kehadiran para Templar di Tanah Suci pernah tercatat dalam sejarah pada zaman Perang Salib ke-III (sekitar abad ke- XI-abad ke- XII). Memang tercatat juga bahwa para Templar saat mengambil alih kekuasaan di Tanah Suci terlibat korupsi dan sering menindas masyarakat. Namun pada faktanya, para assassins jarang sekali berurusan langsung denga para Templar. Bahkan serikat assassin justru dijatuhkan oleh para pejuang Muslim yang dipimpin oleh Saladin dan bukan oleh para Templar. Serikat assassin pun akhirnya dibubarkan pada abad ke-XII, bersamaan dengan berakhirnya Perang Salib ke-III. Pasukan Templar sendiri telah dibubarkan pasca Perang Salib ke-IV di Konstantinopel, walaupun beberapa orang percaya bahwa organisasi Templar sendiri sampai saat ini masih ada dan masih aktif secara rahasia.

                                 Trilogi Ezio mengajak pemain ke Italia dan Konstantinopel

Assassin selanjutnya dalam seri Assassin's Creed, Ezio Auditore Da Firenze membawa pemain berpetualang ke Italia antara abad ke-XV dan abad ke-XVI. Diceritakan bahwa Italia pada saat itu dipimpin oleh seorang uskup bernama Rodrigo Borgia yang korup dan memimpin dengan tangan besi. Sebagai perpanjangan tangannya ke masyarakat, Borgia menyerahkan "keamanan masyarakat" kepada pasukan Templar yang dipimpinnya.

Pada kenyataannya, seorang uskup bernama Rodrigo Borgia memang pernah ada. Sama seperti pada dalam game-nya, Borgia yang sebenarnya memang terkenal sebagai seorang yang dingin dan juga korup. Borgia yang memulai tugasnya sebagai Uskup Agung pada tahun 1492 ini bahkan dikatakan telah memenangkan tampuk tertinggi dalam agama Katolik tersebut dengan penyuapan dan pemerasan terhadap kandidat Uskup Agung lainnya. Borgia tidak segan untuk membunuh para rivalnya dan menggalakkan peperangan di seluruh Eropa. Saat Kerajaan Prancis menyerang Roma untuk menjatuhkan Borgia dari kedudukannya sebagai Uskup Agung, Borgia menyuap salah satu orang terdekat Raja Prancis pada saat itu, Charles VIII agar dibiarkan terus memimpin dengan memberikan "hak khusus" kepada kerajaan Prancis dalam Keuskupan Vatikan pada saat itu. Rodrigo Borgia yang juga dikenal sebagai Uskup Alexander VI meninggal dunia pada tahun 1503 yang menurut rumor disebabkan oleh racun.


Uskup Rodrigo Borgia atau Uskup Alexander VI aslinya juga dikenal sebagai seorang yang korup dan berdarah dingin

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Borgia dalam Assassin's Creed juga merupakan pemimpin pasukan Templar. Pada kenyataannya, Ordo Templar sudah tidak ada sejak abad ke-XIII. Jika mengacu kepada fakta sejarah, maka para Templars dalam game seharusnya sudah digantikan oleh Garda Swiss (Swiss Guards), tentara bayaran asal Swiss yang bertugas untuk menjaga Vatikan.


Dua anggota Garda Swiss berjaga di depan salah satu gerbang Vatikan

Dalam Assassin's CreedRevelations, Ezio berpetualang ke Konstantinopel pada abad ke-XVI untuk mencari jejak Altair. Diceritakan bahwa pada saat itu, Konstantinopel sedang dikuasai oleh pihak Templar. Faktanya, pasukan Templar memang pernah menjajah Konstantinopel. Namun kekuasaan para Templar di Konstantinopel telah dijatuhkan oleh pihak kekaisaran Ottoman pada akhir abad ke-XV. Kekaisaran Ottoman sendiri berdiri hingga awal abad ke-XX.

The Tyranny of King Washington menceritakan dunia "alternatif" dimana Washington menjadi "Raja Amerika Serikat"

Akhir petualangan Desmond Miles akan membawa gamers ke zaman Revolusi Amerika. GoodLikers akan diperkenalkan dengan seorang assassin bernama Connor Kenway. Assassin's Creed III berfokuskan kepada perjuangan pasukan revolusi revolusi Amerika melawan pasukan Kolonial Inggris. Assassin's Creed III juga memperkenalkan George Washington yang merupaka panglima tertinggi tentara revolusi Amerika. Dalam Assassin's Creed III, George Washington diceritakan sebagai seorang pemimpin yang karismatik namun memiliki agenda tersembunyi.



George Washington, seorang pemimpin karismatik, baik dalam Assassin's Creed III maupun dalam sejarah nyata

Dapat dikatakan bahwa latar belakang Assassin's Creed III merupakan yang "paling akurat". Berbagai kejadian dalam game ini benar-benar terjadi dalam sejarah, seperti pengkhianatan Benedict Arnold, penangkapan Charles Lee pasca pertempuran di Monmouth serta perintah George Washington untuk membumihanguskan tempat tinggal kaum pribumi Amerika. Walaupun begitu, kehadiran Ordo Templar dan Ordo Assassin di koloni Amerika tentu saja merupakan "tambahan".

Tampaknya Ubisoft sangat berhati-hati dalam menggambarkan George Washington dalam Assassin's Creed. Hal ini dapat dilihat dari plot yang menggambarkan George Washington untuk membuat Amerika menjadi sebuah kerajaan. Pada sejarah aslinya, George Washington memang pernah mengemukakan untuk memimpin Amerika hingga akhir hidupnya, namun kedua orang terdekatnya, yaitu Alexander Hamilton dan Thomas Jefferson "menentang" keinginan Washington tersebut dengan membentuk dua partai yang saling berlawanan, yaitu Parta Republican dan Partai Federalis yang kemudian dikenal sebagai Partai Demokrat. Hal tersebut meyakinkan George Washington untuk mengundurkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat setelah berkuasa selama hampir sepuluh tahun lamanya karena merasa bahwa dukungan terhadap dirinya sebagai presiden sudah berkurang serta pengaruhnya di masyarakat juga sudah mulai meluntur.

Game keempat dari seri utama Assassin's Creed membawa gamers ke era keemasan bajak laut di Lautan Karibia. Dengan berperan sebagai Edward Kenway, kakek dari Connor Kenway, GoodLikers akan dibawa mengarungi Lautan Karibia yang merupakan salah satu pelabuhan penghubung perdagangan antara Eropa dengan "Dunia Baru". Selain Edward Kenway, Assassin's Creed IV: Black Flag juga memperkenalkan Blackbeard, seorang bajak laut yang sadis dan juga mentor dari Edward.



Edward Thatch alias Blackbeard menjadi salah satu tokoh sentral dalam Assassin's Creed IV: Blackbeard

Dalam Assassin's Creed IV: Black Flag, Blackbeard pertama kali diperkenalkan sebagai Edward Thatch, seorang mantan pelaut Kerajaan Inggris yang kemudian beralih menjadi seorang bajak laut. Dalam game , seseorang dengan nama Benjamin Hornigold yang diceritakan sebagai pimpinan Thatch dan orang yang mengajak Thatch untuk melakukan pembajakan di laut serta Charles Vane, salah satu kawan lama Thatch di Angkatan Laut Inggris. Dalam sejarah aslinya, ketiga orang tersebut memang pernah ada. Thatch yang lebih dikenal dengan nama Blackbeard merupakan salah satu bajak laut paling terkenal dalam sejarah. Faktanya, Hornigold memang merupakan orang yang mengajak Thatch untuk menjadi bajak laut dan Charles Vane juga merupakan teman Blackbeard, walaupun pada faktanya Vane dan Thatch bertemu di New Providence, tempat tinggal mereka di Nassau dan bukan pada saat keduanya bertugas di angkatan laut.


Benjamin Hornigold, Edward Thatch dan Charles Vane dalam Assassin's Creed IV: Black Flag

Dalam game, Blackbeard diceritakan terbunuh dalam sebuah pertempuran pasca ia pensiun menjadi bajak laut. Faktanya, Blackbeard memang pernah menyatakan pensiun menjadi bajak laut untuk kemudian kembali menjadi bajak laut setelah dua tahun pensiun. Walaupun begitu, sama seperti dalam game-nya, Thatch meninggal dalam sebuah pertempuran melawan Angkatan Laut Inggris di pulau Ocracoke. 

Seorang assassin lain yang diperkenalkan dalam game ini adalah Bartholomew Roberts atau "The Sage". The Sage dan Edward bekerja sama untuk menemukan Observatory yang juga dicari oleh Ordo Templar gabungan Inggris-Spanyol yang juga mengincarnya untuk menguasai dunia. Pada akhirnya, Roberts mengkhianati Edward dan justru bergabung dengan Ordo Templar yang menangkap Edward dan memaksanya untuk mendekam dalam penjara. 

Bartholomew Roberts juga merupakan seorang tokoh bersejarah pada era keemasan bajak laut. Namun pria kelahiran Wales yang juga dikenal dengan nama Black Bart ini adalah seorang bajak laut. Roberts merupakan bawahan dari Kapten Howell Davis dan dipercaya untuk memimpin salah satu kapal dalam armadanya. Walaupun Roberts tidak pernah secara resmi diangkat sebagai seorang kapten kapal, namun bagi para anak buahnya, Black Bart merupakan seorang komandan yang berkarisma dan dipercaya bahwa ia kebal terhadap senjata api.


Bartholomew Roberts alias The Sage juga dibuat berdasarkan tokoh asli dalam sejarah

Nah, itulah beberapa perbedaan dalam sejarah asli dengan sejarah menurut Assassin's Creed. Walaupun seriAssassin's Creed dapat dikatakan sebagai karya fiksi, namun beberapa fakta sejarah di dalamnya tentu membuat seri game buatan Ubisoft ini sangat menarik untuk dimainkan. Selain bermain, gamers pun juga dapat mempelajari sejarah secara bersamaan, tentunya dengan melakukan penelitian lebih lanjut.


Rumornya, Assassin's Creed selanjutnya akan berlatar belakang di zaman Feodal Jepang!

Menurut, rumor yang beredar, seri Assassin's Creed berikutnya kemungkinan akan mengambil latar belakang zaman Feodal Jepang. Tentunya jika hal ini benar, pastinya akan sangat menarik untuk melihat fakta sejarah apa yang akan diangkat oleh Ubisoft dan hal apa saja yang akan berbeda dengan sejarah aslinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar